Pangsit, Asal-Usul dan Cerita Rakyatnya
InHua.Net – Dewasa ini, pangsit adalah makanan populer bagi masyarakat Indonesia, baik disantap bersama mi maupun dipisahkan menjadi kudapan tersendiri. Tak jarang juga ditemukan pangsit goreng yang dijadikan cemilan gurih.
Pangsit lebih dikenal dengan sebutan wonton dalam bahasa Inggris, yang diserap dari dialek Kanton, yuntun (云吞) atau huntun (馄饨) dalam Mandarin. Sebutan ini juga lebih populer di sebagian besar negara di berbagai belahan dunia.
Lalu, mengapa cemilan ini disebut pangsit di Indonesia? Dari mana asal-usul sebutan ini?
Di daerah Fujian dan Taiwan, makanan ini disebut pian sit (扁食biǎn shí), secara harfiah berarti makanan penyek, karena isian dagingnya diolah dengan ditumbuk-tumbuk hingga penyek. Beda dengan daerah lain yang lumrahnya dicincang hingga halus.
Disebabkan mayoritas etnis Tionghoa yang mula-mula bermukim di Indonesia berasal dari Fujian, sebagian besar kosa kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Tionghoa juga lebih dominan berasal dari dialek daerah ini. Karena itu pula, pian sit pun diserap menjadi pangsit, seperti yang kita tuturkan sehari-hari.
Sementara itu, di Filipina, kata pian sit juga diserap oleh bahasa Tagalog menjadi pancit, tetapi bermakna aneka mi, bukan wonton atau pangsit yang dikenal di Indonesia.
Asal-usul dan Cerita Rakyat tentang Pangsit
Asal-usul pangsit bisa ditelusuri hingga tahun 202 SM. Cemilan ini pertama kali tercatat pada literatur Fang Yan yang ditulis Yang Xiong pada masa Dinasti Han Barat. Sejarahnya mencapai lebih kurang 2200 tahun. Pada saat itu, pangsit digolongkan sebagai kudapan kue, bedanya pangsit berisi daging cincang. Jika disuguhkan dengan sup, dinamakan tangbing (汤饼), yang berarti kue sup.
Konon, selama Dinasti Han Barat, perbatasan utara sering diserang bangsa nomad Xiongnu, dan penduduk setempat hidup sengsara dalam peperangan yang berkepanjangan. Saat itu, Xiongnu dipimpin dua klan yaitu Hun dan Tun yang sadis dan beringas.
Dendam kesumat terhadap kedua klan itu menyeruak di seantero perbatasan negeri itu. Masyarakat biasa yang tak berdaya akhirnya mengalihkan rasa bencinya itu melalui olahan daging yang dicincang dan dibungkus dengan kulit terigu, yang dinamai huntun.
Kemudian, masyarakat melahap huntun dengan penuh semangat, sebagai pelampiasan amarah, sekaligus doa untuk menghentikan perang. Itulah kisah yang sering disandingkan dengan makanan populer ini.
Dalam legenda ini, pangsit atau wonton pertama kali dibuat pada hari titik balik musim dingin atau Perayaan Dongzhi, maka tradisi makan pangsit pada festival itu pun dilestarikan hingga kini menjadi makanan populer yang menyebar ke seantero dunia.
Legenda Lain
Ada juga cerita rakyat yang mengaitkan pangsit dengan falsafah Taoisme. Di mana lafal huntun persis dengan kondisi pra alam semesta, hundun (混沌). Sehingga menyantap huntun diibaratkan menghancurkan suasana hundun yang kacau balau itu.
Selain itu, pangsit juga disebut pertama kali diciptakan oleh Xishi, salah satu dari empat wanita tercantik di Tiongkok kuno, saat dia menjadi selir kesayangan Raja Wu.
Adanya kisah-kisah yang berbeda tentang pangsit tentunya adalah hal wajar dalam konteks masyarakat agraris kuno. Setiap peradaban di dunia selalu diperkaya dengan cerita-cerita sebagai hiburan rakyat yang bermakna dan terkadang jenaka.
Disusun: Ependi Tan