Wednesday, July 24, 2024
Budaya

Catatan Perjalanan Yijing Ungkap Jejak Puluhan Biksu Tiongkok di Nusantara

InHua.Net – Hubungan persahabatan antara Nusantara dan Tiongkok telah terjalin dalam rentang histori yang cukup panjang. Interaksi yang konstruktif dan intens antar kedua peradaban ini telah terjadi sejak ribuan tahun silam.

Salah satu tokoh besar yang berperan dalam menyingkap hubungan tersebut adalah Biksu Agung Yijing, seorang penerjemah dan penafsir Kitab Suci Tipitaka dari Dinasti Tang.

Catatan perjalanan Yijing di Laut selatan menjadi bukti sejarah berharga tentang Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Kalinga (Ho-Ling) dan peradaban lain di Nusantara sebagai pusat perkembangan agama Buddha ribuan tahun lalu. Semua terdokumentasi secara lengkap dan utuh hingga sekarang.

Setidaknya, tercatat 20 pendeta Buddha berkunjung ke wilayah yang kini termasuk bagian teritorial Indonesia. Kerajaan Sriwijaya, Kalinga, dan Melayu disebut sebagai tempat-tempat yang wajib disinggahi para rohaniwan Buddha dalam perjalanan ke India. Di luar rohaniwan tersebut, niscaya ada ratusan bahkan ribuan penjelajah Tionghoa di berbagai pelosok Nusantara yang terluput dalam catatannya.

Tiga Kali Singgah dan Menetap di Nusantara

Yijing, atau juga dieja I-Tsing dan I-Ching, lahir di Jizhou (kini Jinan, Shandong) tahun 635 M. Sepanjang riwayatnya, Ia berkunjung ke Nusantara sebanyak 3 kali dan menetap lebih kurang 8 tahun lamanya.

Pada November 671 M, Yijing dan muridnya Shanxing berangkat dari Guangzhou dan tiba di Kerajaan Sriwijaya, setelah 20 hari menempuh perjalanan dengan kapal pedagang Persia. Mereka menetap di sini selama 6 bulan dan belajar tata bahasa Sanskerta (Sabdavidya)  sebelum melanjutkan perjalanan ke India.

Sang murid, Shanxing, jatuh sakit dan terpaksa kembali ke Tiongkok. Ia kemudian tercatat meninggal pada usia 30 tahun. Yijing seorang diri meneruskan perjalanan ke Melayu (kini daerah Jambi) dan Kedah, kemudian tiba di India pada Februari 673 M.

Setelah 14 tahun berkelana dan belajar di India, Yijing berkunjung ke Sriwijaya untuk kedua kalinya dan menetap 2 tahun, sebelum pulang ke Tiongkok. Ia menekuni penerjemahan kitab suci selama persinggahan ini.

Tahun 689 M, Yijing kembali ke Guangzhou dengan kapal dagang. Setelah mendapatkan bantuan dari Biksu Zhen Gu dan kawan-kawannya, mereka kembali lagi ke Sriwijaya pada bulan November tahun itu juga, untuk melanjutkan penyalinan dan penerjemahan kitab suci.

Yijing mengutus Biksu Dalǜ membawa kitab suci terjemahannya dan karya tulisnya Kiriman Catatan tentang Praktik Dharma dari Laut Selatan pada 691 M. Empat tahun kemudian, 685 M, ia bersama Zheng Gu dan Hong Dao pulang ke Ibu Kota Luoyang. Yijing dan koleganya menetap lebih kurang 6 tahun di Sriwijaya.

Dua Catatan Perjalanan Yijing Ditulis di Indonesia

Sepanjang hidupnya, Yijing bertekad untuk mendalami dan membabarkan Buddhadharma. Ia tidak ragu untuk pergi ke India melalui jalur laut. Selain mencari kitab suci Buddha, ia juga membuka jalur pelayaran antara Tiongkok, Asia Tenggara, dan India, rute yang berbeda dengan pendahulunya.

Terjemahan dan tulisannya memiliki pengaruh besar pada perkembangan Agama Buddha baik di Tiongkok maupun negara lain. Sepanjang riwayatnya, Yijing menerjemahkan 56 sutra dalam 230 gulungan.

Selain terjemahan kitab suci, ia juga menulis dua risalah perjalanan yang diselesaikannya di Indonesia dalam kurung waktu 689 – 691 Masehi. Keduanya menjadi rujukan berharga untuk penelitian sejarah, pelayaran, adat istiadat, budaya, pelayaran, dan keyakinan masyarakat di negara-negara Asia Tenggara dan Selatan 1300 tahun yang lalu.

Kiriman Catatan tentang Praktik Dharma dari Laut Selatan《南海寄归内法传》

Buku ini ditulis ketika dia singgah di Sriwijaya dalam perjalanan pulang dari India. Isinya memperkenalkan secara rinci tentang praktik vinaya (aturan rohaniwan Buddha) di Asia Selatan dan Tenggara, dengan Mulasarvastivada Vinaya Sutta sebagai rujukannya.

Cakupan sangat komprehensif, meliputi  sejarah agama, tradisi masyarakat,  kehidupan ekonomi, budaya, dan pembangunan di anak benua Asia Selatan saat itu.

Riwayat Biksu Agung Dinasti Tang Mempelajari Dharma di Barat 《大唐西域求法高僧传》

Catatan Yijing ini mengisahkan riwayat singkat tentang 57 biksu dan guru Zen dari Dinasti Tang, Silla, Thokaria, Kang Guo (salah satu negara matriarkat di daratan Tibet) dan Kekaisaran Tibet (Tufan) yang mengunjungi India dan Laut Selatan dari  641 M hingga 691 M.

Selain profil dan kehidupan para biksu, risalah ini juga berisi deskripsi tentang ekonomi, adat istiadat, dan seluk-beluk pelayaran yang dia saksikan sepanjang penjelajahannya.

Selain itu, juga dikisahkan sejumlah biksu memilih rute darat baru Tibet-Nepal, meninggalkan jalur tradisional Xinjiang dan Asia Tengah. Hal ini sebenarnya mencerminkan tren perkembangan Tiongkok-India pada era permulaan Dinasti Tang.

Para Biksu yang Pernah Berkunjung ke Nusantara

Yang singgah di Kerajaan Sriwijaya (室利佛逝):Biksu Silla, Yun Qi, Yijing, Shan Xing, Zhi Hong, Wu Xinc, Dalǜ, Huaiye, dan Hong Dao. (新罗僧,运期,义净,善行,智弘,无行,大津,贞固,怀业,道宏)

Yang pernah singgah di Negeri Barus Barat (西婆鲁师):  Biksu Silla (新罗僧)

Yang singgah di Kerajaan Kalinga(诃陵) : Chang Min, murid Chang Min, Ming Yuan, Hui Ning, Yun Qi, Tan Run, Dao Lim, Fa Zhen, Fa Lang (常愍,常愍弟子,明远,会宁,运期,昙闰,道琳,法振,法朗)

Yang singgah di Negeri Melayu (末罗瑜): Chang Min, murid Chang Min, Yijing,  Wu Xing (常愍,常愍弟子,义净,无行)

Sepenggal Kutipan dan Terjemahan dari Catatan Perjalanan Yijing

Ada dua biksu Silla lagi, tidak diketahui namanya, berangkat dari Chang’an ke Laut Selatan. Menaiki kapal hingga sampai di Sriwijaya dan Negeri Barus Barat. Meninggal karena sakit.

复有新罗僧二人,莫知其讳。发自长安,远之南海。泛舶至室利佛逝国西婆鲁师国,遇疾俱亡。

Master Zen Changmin bertekad bulat dan  tiba di pesisir. Kemudian naik perahu ke selatan, dan tiba negara Holing (Kalinga) .  Dari situ, ia naik kapal lagi ke negara Melayu. Ia bermaksud dari negeri melanjutkan perjalanan ke India. Namun, kapal dagang tersebut melampaui batas muatannya, dan tidak jauh dari pelepasan, ketika gelombang tiba-tiba datang, dan kapal tenggelam pada tengah hari.

常慜禅师者要心既满,遂至海滨,附舶南征,往诃陵国。从此附舶,往末罗瑜国。复从此国欲诣中天。然所附商舶载物既重,解缆未远,忽起沧波,不经半日,遂便沉没。

Guru Vinaya Huining, asal Kota Chengdu, Yizhou. Singgah selama tiga tahun. Kemudian bersama biksu berwawasan luas dari Kerajaan Kalinya, Janabadra, menerjemahkan kisah perabuan sang Tathagata yang tercatat dalam “Sutra Agama”, yang berbeda dengan “Sutra Mahaparinirvana”.

會寧律師,益州成都人也,停住三载,遂共诃陵国多闻僧若那跋陀罗于《阿笈摩经》内译出如来焚身之事,斯与《大乘涅盘》颇不相涉。

Guru Yunqi dari Jiaozhou.  Bepergian bersama Biksu Tanrun…. Menjelajahi Laut Selatan, lebih dari sepuluh tahun.  Menguasai bahasa Kunlun (bahasa laut selatan dan peninsula India) dan bahasa Sansekerta.  Setelah itu, ia lepas jubah dan tinggal di Sriwijaya, hingga sekarang masih hidup.

运期师者,交州人也。与昙闰同游…旋回南海,十有馀年。善昆仑音,颇知梵语。后便归俗,住室利佛逝国,于今现存。

Penyusun: Ependi Tan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *