Friday, July 26, 2024
Tokoh Tionghoa

Ferry Sie King Lien Gugur Muda Demi Membela Kemerdekaan RI

InHua.Net – Ferry Sie King Lien adalah seorang pejuang Tionghoa Indonesia. Ia gugur pada usia belia demi membela Indonesia yang baru diproklamasikan kemerdekaannya.

Sie King Lien lahir pada tahun 1933 dari keluarga pemilik pabrik gelas tersohor di Kartodipuran, Surakarta, Jawa Tengah. Ia merupakan salah satu dari sejumlah Tentara Pelajar keturunan Tionghoa yang ikut mengangkat senjata pada pertempuran di Solo tahun 1949.

Tidak banyak kisah yang dihadirkan dalam perjuangan Sie King Lien. Pemuda berusia 16 tahun ini tewas diterjang retetan peluru Belanda saat menjalani misi perjuangannya.

Kisah perjuangannya ditulis dalam buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis Iwan Sentosa dan diterbitkan Yayasan Nabil dan Kompas Gramedia terbitan 2014.

Meski hidup serba berkecukupan, namun Sie King Lien ikut membela Ibu Pertiwi yang dicintainya dari penjajahan. Sie King Lien ditugasi bersama keempat rekannya, yakni Soehandi, Tjiptardjie, Salamoen dan Semedi.

Mereka memiliki misi khusus, yakni mencoret-coret tembok dan menyebarkan selebaran yang berisi perlawanan terhadap Belanda.

Perang psikologis ini sangat penting bagi perjuangan Indonesia, yakni membakar semangat perlawanan warga dan menangkis propaganda yang dilancarkan Belanda. Tak hanya itu, tindakan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pemerintah RI masih eksis di Kota Solo.

Salah satu coretan Sie King Lien yang paling terkenal saat itu adalah eens kompt de dag dat Republik Indonesia zal herrijzen yang berarti ‘pada suatu hari Republik Indonesia akan muncul kembali’.

Selain itu, Sie King Lien juga bertugas menembaki markas-markas pasukan Belanda secara gerilya, untuk menunjukkan eksistensi militer RI.

Setiap malam ia dan kawan-kawan dari gerilyawan malam Sektor A Rayon V, Subwehrkreis 106 Arjuna keluar melancarkan aksi bahaya itu. Nahas, ia dan keempat temannya disergap Belanda. Meski membawa sebuah senapan mesin, namun mereka kalah jumlah.

Kontak tembak terjadi, sejumlah peluru mengenai tubuh Sie King Lien dan Soehandi. Keduanya tewas di tempat dan ketiga rekannya berhasil lolos.

Karena perjuangannya, pemerintah Indonesia memutuskan memindahkan makamnya dari pemakaman umum ke Taman Makam Pahlawan Taman Bahagia, Solo, Jawa Tengah sebagai tanda jasa bagi pejuang Tionghoa yang gugur pada usia muda ini.

Sebuah foto batu nisan atas nama Ferry Sie King Lien yang diposting pendiri Museum Budaya Peranakan Azmi Abubakar di akun twitternya menjadi saksi bisu hidup pejuang Tionghoa ini. Tidak ada foto Sie King Lien yang gugur pasa usia muda itu.

Pengorbanan dan kecintaan Sie King Lien adalah suri teladan yang patut diikuti oleh seluruh pemuda Indonesia, terutama kaum keturunan Tionghoa.

Bahwa keturunan Tionghoa bisa mengabdi kepada Bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Mari, bangkitkan semangat solidaritas kita untuk membangun negeri tercinta ini. Salam mereka!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *