Thursday, July 25, 2024
Aktiviti

Vihara Bersejarah 132 Tahun di Medan Labuhan  

Kunjungan Tim Kajian Budaya Tionghoa ke Vihara Bersejarah Satu Abad Lebih

Rabu, 28 September 2022, Tim Kajian Budaya Tionghoa mengadakan kunjungan ke Medan Labuhan dalam rangka melakukan riset pada Vihara yang sudah berumur 132 tahun, serta sejarah masuknya masyarakat Tionghoa di wilayah Medan Labuhan.

Kali ini, agenda riset dipimpin langsung oleh Ketua ERC FISIP USU, Dr. Sri Alem Sembiring, M.Si yang didampingi oleh Dra. Mariana Makmur, MA beserta Ketua Pembina YIHLP Ade Chandra, SH, MM dan Ketua YIHLP Kota Medan Edy Candra.

Tim kajian diterima oleh salah satu Pembina Yayasan Vihara Dewi Kwan Im “Chiu San Keng”, Bapak Cin Hua alias Jambang yang sudah berumur 77 tahun, di mana beliau merupakan salah satu sesepuh vihara dan pemuka masyarakat setempat.

Dalam perbincangan dengan tim kajian, beliau menjelaskan bahwa Vihara “Chiu San Keng”  ini dibangun pada 1890. Sejak pertama didirikan hingga masa sekarang, tempat ibadah tersebut telah dilakukan pemugaran beberapa kali atas dukungan sejumlah donatur dan para relawan beserta umat yang beribadah di vihara ini.

Medan Labuhan Pintu Masuk Etnis Tionghoa ke Sumatera

Dalam hasil kajian terhadap asal-usul masyarakat Tionghoa di Medan Labuhan serta sejarah Vihara Chiu San Keng, Sri Alem Sembring menyimpulkan bahwa pada tahun 1890-an, sebelum Vihara Chiu San Keng dibangun, Medan Labuhan sudah menjadi salah satu pintu masuk bagi masyarakat Tionghoa ke Sumatera.

Sri juga mendapat data dari Bapak Cin Hua selaku nara sumber tentang kesukuan masyarakat Tionghoa yang bertandang awal di pelabuhan Belawan, yang didominasi suku Hokkien dan Hailok Hong. Para pendatang generasi pertama berlayar ke Indonesia secara berkelompok memang banyak berasal dari kedua suku ini.

“Kedatangan masyarakat Tionghoa di Medan Labuhan pada masa itu hanya sebatas mengadu nasib, ingin mencari penghidupan yang lebih baik, sebelum pada akhirnya dikirim ke kabupaten atau kota oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk dipekerjakan,” ujar Sri.

ODCB Tanpa Perhatian Pemerintah Daerah

Sementara itu, Ketua pembina YIHLP Ade Chandra memaparkan, dari segi pelestarian budaya, sebenarnya bangunan Vihara Chiu San Keng ini sudah layak menjadi objek diduga cagar budaya atau ODCB. Namun, sangat disayangkan, sampai saat ini belum mendapat perhatian yang serius dari instansi pemerintah terkait, sebagaimana paparan yang disampaikan nara sumber.

“Kita selaku Tim Kajian Budaya Tionghoa, baik dari YIHLP maupun ERC FISIP USU, akan berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait masalah ini, sesuai dengan amanat konstitusional dalam UUD 1945 pasal 32, bahwa kebudayaan harus dipelihara dan dikembangkan agar dapat berkontribusi dalam peradaban dunia,” tegas Ade.

Pada akhir kunjungan, pihak tim kajian memberikan plakat sebagai ucapan terima serta kenang-kenangan kepada pihak pengurus vihara serta melakukan foto bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *