Wednesday, July 24, 2024
Tokoh Tionghoa

Lim Bak Meng Tokoh Pergerakan Kemerdekaan dari Kalbar

InHua.Net – Lim Bak Meng adalah tokoh pergerakan kemerdekaan berdarah Tionghoa dari Kalimantan Barat, sekaligus politisi Partai Persatuan Dayak yang berperan aktif dalam mempertahankan Kemerdekaan.

Namanya terkenal pada tahun 40 sampai 70an, karena ia banyak mempunyai peranan penting di Kalimantan Barat.

Pada usia muda, Lim mulai terlibat gerakan politik nasionalis di bawah partai Persatuan Indonesia Raya yang memperjuangkan kemerdekaan. Selain itu, Lim aktif mengajarkan dan menyebarkan Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Tionghoa daerah Sungai Pinyuh, Ketapang, Sambas, Mempawah, Sekadau, dan daerah lain. Pada 1941, Lim menjadi bagian dari Partai Persatuan Dayak PPD.

Lim Bak Meng bersama tokoh Kalbar lain.

Peran Lim Bak Meng di Era Revolusi Kemerdekaan

Pada masa Revolusi Kemerdekaan, perannya begitu penting dan menonjol. Pada 12 Mei 1947, ia menjadi anggota dewan administratif Daerah Khusus Kalimantan Barat yang disebut Badan Pemerintah Harian (BPH); bersama sejumlah tokoh dari PPD.

Ia bersama tokoh-tokoh lainnya juga mendirikan Badan Pemberontakan Indonesia Kalimantan Barat dan melakukan gerakan bawah tanah di daerah pesisir Kalimantan. Perjuangan itu terus dilakukan hingga persetujuan Konferensi Meja Bundar tahun 1949.

Pergerakan Politik dan Sosial setelah RI Merdeka

Pada 1951 ia menjadi anggota KMK Kalbar. Tahun 1952, ia mendirikan Partai Katolik Komisariat Kalbar dan memegang jabatan Ketua I. Partai ini kemudian menjadi salah satu yang paling diperhitungkan di Kalbar saat itu.

Dia juga tercatat sebagai pendiri klinik “Kharitas Bhakti”, yang sekarang dikenal sebagai RS Kharitas Bhakti di Pontianak.

Pada tanggal 6 November 1958, ia dilantik sebagai anggota DPRD Kalbar bersama kesebelas kawannya yang lain dari PPD.

Tahun 1959, ia disumpah menjadi anggota Dewan Daerah Swatantra Tingkat I Kalbar. Pada tahun ini pula, ia menjadi Pembina Lembaga Kesatuan Bangsa.

Pada tahun 1960, sewaktu Konfrontasi Indonesia-Malaysia, ia diutus ke Sarawak untuk menjajaki kekuatan Inggris dan sekutunya. Dia harus rela meninggalkan anak istri demi menyelesaikan misi spionase yang ditugaskan negara, walaupun nyawa menjadi taruhan.

Pada masa Orde Baru, ia diharuskan mengganti nama, dari nama Tionghoa ke nama yang lebih Indonesia. Pada masa 1970-an ia lebih dikenal dengan nama Petrus Limbung. Ia masih aktif di perpolitikan sampai pertengahan tahun 1970-an. Jabatan terakhirnya adalah Ketua V Golkar Kalbar.

Kehidupan di Usia Tua

Pada masa tuanya, ia tak pernah menerima penghargaan, materi, atau piagam apapun dari pemerintah. Ia meninggal pada 30 April 1981 di Pontianak.

Pada 2011 yang lalu, Ketua Dewan Angkatan Pejuang 45 Nasional, Syafaruddin Usman menyerahkan penghargaan kepada 5 tokoh pejuang dari Kalimantan Barat. Penyerahan untuk Lim Bak Meng diserahkan melalui Ketua Umum Majelis Adat Budaya Tionghoa Kalbar, Harso Utomo Suwito dan selanjutnya diserahkan kepada satu di antara anak almarhum Lim Bak Meng yaitu Andreas Hadi Limbung.

Kisah Lim Bak Meng sekaligus membuktikan bahwa sejak pra kemerdekaan, banyak sekali orang Tionghoa terlibat dalam perjuangan dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Disusun oleh: Ependi Tan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *