Wednesday, July 24, 2024
Budaya

Tabu dan Wajib di Bulan Hantu

Oleh: Ependi Tan

InHua.Net – Bulan 7 Imlek dipercayai banyak masyarakat Tionghoa sebagai bulan terbukanya pintu alam baka atau neraka, roh-roh yang terkurung di dalamnya bisa kembali ke alam manusia, sehingga muncul istilah bulan hantu atau disebut 鬼节 dalam bahasa Mandarin, dan tanggal 15 pada bulan itu disebut sebagai Festival Tiongguan atau Cioko, dan merupakan puncak peringatan bulan hantu tersebut.

Menurut kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa, ada sejumlah pantangan yang tidak boleh dilanggar selama bulan ini, agar tidak mendapatkan kemalangan. Bagi sebagian orang, mereka cenderung menghindari kegiatan berenang, di malam hari tidak boleh bepergian sendirian, bersiul-siul, atau menyahut suara asing yang memanggil nama.

Selain itu, Ada juga tabu untuk melakukan pernikahan, peresmian usaha baru, dan kegiatan penting pada bulan ini, dan bepergian dengan transportasi pesawat dan kapal laut juga dihindari sebisa mungkin.

Namun daripada memikirkan tabu atau pantangan, lebih baik kita fokus ke apa yang Wajib kita lakukan selama Festival Tiongguan atau Cioko, karena pada hakekatnya, baik Tiongguan, Cioko, Bulan Hantu, atau Ullambana, intinya adalah ungkapan rasa syukur dan bakti kepada leluhur, Dewata, maupun kepada sang Pencipta. Yang seharusnya dijalanin dengan sikap mental yang positif, bukan sebaliknya tersandera dengan tabu2 yang bernuansa mitos.

Pada hari pertama di Bulan Hantu, orang-orang akan membakar uang-uangan kertas di luar rumah, di tempat usaha, di tepi jalan, di lapangan atau kelenteng untuk meminta perlindungan.

Menurut kepercayaan tradisional, para arwah dibekali dengan uang yang mereka butuhkan sepanjang bulan ini, agar tidak berkekurangan di alamnya. Benar tidaknya roh-roh atau dewa-dewa membutuhkan uang-uangan itu, itu pilihan kepercayaan masing-masing.  Namun kita harus mendapatkan hikmah bahwa perilaku membakar uang-uangan kertas itu adalah cara mengungkapkan rasa bakti kepada leluhur atau Dewa² yang sudah menjadi tradisi orang Tionghoa.

Selain itu, masyarakat juga menyalakan dupa sebagai bentuk penghormatan, dan menyiapkan pelbagai makanan sebagai persembahan kepada para arwah. Diyakini bahwa setelah memakan makanan yang disajikan dan dibekali dengan uang yang cukup. Di beberapa tempat, sebagian orang akan memasang lampion berwarna merah, termasuk di area bisnis dan area tempat tinggal sebagai tanda perayaan.

Pada hari ke-15 di bulan ke-7 ditandai pula dengan perayaan yang khusus. Inilah hari dimana gerbang neraka akan ditutup kembali pada malamnya,. Masyarakat merayakan dan menjalani perayaan hari terakhir ini dengan berbagai cara. Orang-orang akan membakar lebih banyak uang-uangan kertas dan pakaian, agar para hantu dapat menggunakannya di alamnya.

Di beberapa negara, banyak warga mengapungkan lampion berwarna warni, yang terbuat dari kayu dan kertas, ke sungai di malam hari. Mereka menuliskan nama-nama leluhur mereka pada lampion. Konon, para hantu akan pergi mengikuti lampion yang mengapung di sungai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *