Friday, October 4, 2024
Tokoh Tionghoa

Menteri Tionghoa Pertama di Indonesia: TAN PO GUAN

InHua.Net – Tan Po Guan adalah keturunan Tionghoa pertama yang menjadi menteri dalam pemerintah Republik yang sudah berusia 76 tahun ini.

Namanya mungkin terasa asing di telinga masyarakat Indonesia saat ini. Namun semasa tahun 1940-an sampai 1950-an, ia cukup aktif dalam berbagai organisasi sampai akhirnya dipercaya menduduki jabatan Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III periode 1946-1947.

Tan Po Guan lahir di Cianjur, Jawa Barat, pada 24 Oktober 1911. Dia tamat sekolah tingkat pertama di Bandung.

Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di RHS (Rechtshoogeschool) di Batavia (Jakarta), untuk memperdalam bidang hukum. Tahun 1937 ia menamatkan sekolah RHS dan mendapatkan gelar magister hukum.

Karir pertama Tan Po Gwan adalah bekerja di Makasar sebagai pengacara. Selama kurun waktu dua tahun (1937-1938) ia bermukim di ibu kota provinsi Sulawesi Selatan itu. Kemudian tahun berikutnya Tan Po Gwan memutuskan mengejar karirnya di Surabaya. Di sana ia juga membuka jasa konsultasi hukum, sama seperti di kota sebelumnya.

Saat memulai karir di kota Pahlawan, Tan Po Gwan berkenalan dengan dunia di luar keahliannya, yaitu jurnalistik. Ia bergabung dengan surat kabar Tionghoa Sin Po sejak tahun 1939. Rupanya Tan Po Gwan memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap bidang jurnalistik. Ia diketahui cukup aktif menulis di surat kabar milik Lauw Giok Lan dan Yoe Sin Gie ini.

Pada 1942, saat proses perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, Tan Po Gwan masih aktif menulis di Sin Po. Namun di tahun ini juga, ia menjadi salah satu orang yang diinternir oleh penjajah Jepang karena berbagai aktivitasnya dianggap membahayakan kekuasaan mereka. Hampir sepanjang pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia selama 3,5 tahun, aktivitas Tan Po Gwan dibatasi dan diawasi dengan sangat ketat.

Barulah ketika kemerdekaan Indonesia berhasil diproklamasikan, ia mendapatkan kembali kebebasannya. 

Ketika Belanda menguasai sebagian wilayah republik ini dengan agresi militernya, Tan Po Guan menolak menjadi Advokat ketika itu, karena ia tidak mau memenuhi satu syaratnya, yakni bersumpah setia kepada Ratu Wilhemina di Belanda.

Tan Po Gwan mulai aktif berkecimpung di dunia politik, terutama ketika ia diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Tionghoa dalam Kabinet Sjahrir III, yang dibentuk Perdana Menteri Sutan Sjahrir pada 2 Oktober 1946 sampai 27 Juli 1947.

Setelah meletakkan jabatan menterinya, Tan Po Gwan bergabung dalam KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) sebagai anggota pada 1947.

Saat itu, Hamid Algadri mewakili komunitas orang-orang Arab, Tan Po Kwan sebagai wakil komunitas Tionghoa. Tan Po Kwan dan anggota KNIP lainnya ditugasi membantu di segala urusan presiden hingga dibubarkan pada 1950.

Tan Po Gwan aktif juga di kepartaian. Ia diketahui menjadi anggota dari PDTI (Partai Demokrat Tionghoa Indonesia). Kemudian pada 1953 ia bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia yang diketuai oleh Sutan Sjahrir.

Pada tahun-tahun berikutnya kehidupan Tan Po Gwan mulai terasa berat. Ia termasuk dalam kelompok orang yang merasa terasingkan selama masa pemerintahan Sukarno.

Sehingga pada 1959, ia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia. Baru setelah pergantian kekuasaan, Tan Po Gwan kembali ke tanah air.

Namun tidak lama, ia memilih menetap di Sydney, Australia. Pada 1985 Tan Po Gwan meninggal dunia di Australia.

Selama ini, kisah perjuangan Tan Po Gwan jarang terdengar oleh generasi bangsa indonesia, terutama oleh etnis Tionghoa. Padahal, ia bisa menjadi suri teladan bagi kaum Tionghoa untuk mengabdi kepada Ibu Pertiwi dengan jiwa patriotisme yang bergelora.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *